Selasa, 04 Desember 2007

Belajar Melangkah...

Berdasarkan kesepakatan bersama, hari Rabu merupakan FIKR's Day. Artinya, hari itu setiap selesai kuliah, anak-anak FIKR harus berkumpul dan mendiskusikan sesuatu, entah apa, asalkan menyangkut soal kegiatan ilmiah. Hari ini, Rabu, 26 November 2007, anak-anak FIKR berkumpul di kelas 202 gedung Dakwah prodi BPI. Acara tersebut akan dihadiri oleh Ali Hasmy, M.Si, dosen STAIN Ptk yang mereka gandeng sebagai pembimbing.
Pertemuan dimulai pukul 12.30 WIB, dengan agenda perkenalan dan sharing pengalaman. Acara dikemas dengan sangat sederhana, layaknya percakapan antar teman yang sedang mendiskusikan proposal penelitian skripsi. Ali Hasmy adalah salah satu dosen STAIN yang 'bergerak' dalam kegiatan penelitian ilmiah. Dari segi pendidikan, basicnya ilmu statistik, namun sejak kuliah dia sudah berkecimpung dalam kegiatan penelitian dan karya ilmiah, bahkan hingga tingkat nasional. Saat ini dia sedang meneliti tentang naskah-naskah klasik Kalimantan Barat, ia juga berencana untuk membentuk komunitas masyarakat pencinta naskah klasik.
Katanya, dia sangat prihatin, karena naskah-naskah klasik di Kalimantan Barat tidak terpelihara dengan baik. Ironisnya lagi, sebagian naskah-naskah tersebut dijual ke negara lain oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Sehingga, orang Kalimantan Barat harus pergi ke luar negeri untuk mempelajari khasanah budayanya sendiri. Sangat ironis. Sama ironisnya dengan kaum muda yang digandrungi ragam modern life style, hingga gerah dengan budaya akademis. Hingga nama kamu muda intelektual tak ubahnya seperti sebuah jabatan penting yang membuat orang dalam posisi itu dapat berbuat banyak.
Pertemuan itu berlangsung santai hingga pukul 13.30 WIB. Peserta yang hadir kali ini bertambah, karena ada penambahan jumlah personel. Ada Uni Q, Badliana, Ira, Hardianti (yanti). Sementara itu nama-nama personel tambahan adalah : Ambaryani, Zainuddin, Hanisa Agustin, Erny Purwanti. Sedangkan, Syahrul berhalangan hadir karena masih ada kelas kuliah, dan Khairul sedang mengikuti pelatihan. Tapi pertemuan itu membuat sebuah rencana baru dalam perjalanan mereka, karena mereka masih belajar untuk melangkah.
Rabu, 26 November 2007

Selasa, 27 November 2007

Dan Bayi Pembaharuan Itu pun Terlahir...

Hari itu, hanya ada enam mahasiswa STAIN Pontianak yang duduk satu meja untuk membicarakan keprihatinan atas memudarnya budaya akademis di kampus ini. Tak ada yang dapat dibanggakan, ketika karya ilmiah dan penelitian serta aktivitas menulis menjadi begitu angker di kepala mahasiswa. Status sebagai satu kaum intelektual muda mulai dapat dipertanyakan, apa benar kaum yang dibangga-banggakan ini ternyata memiliki ketakutan pada tinta diatas kertas ? Bukankah justru tinta dan lembaran kertas menjadi senjata paling ampuh ?

STAIN Pontianak memang sebuah kampus kecil, tidak berstatus sebagai Universitas, atau Institut, hanya Sekolah Tinggi. Dana kemahasiswaanpun sangat-sangat kecil, sehingga semua kegiatan mahasiswa di kampus harus selalu bermasalah dengan keuangan tiap-tiap melakukan kegiatan. Namun itu semua bukan sebuah halangan yang berarti, jika ada kemauan yang hidup didalam hati dan pikiran. Suasana akademik di kampus harus tetap dihidupkan dan disemarakkan, kampus ini boleh kecil dan melarat, tapi tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan dan pencetak generasi-generasi bangsa yang cerdas dan berakhlaq.

Dan hari itu, detik-detik terasa begitu berarti. Proses kelahiran itu hampir mencapai klimaksnya. Enam mahasiswa itu begitu antusias, mereka mencatat tiap detik yang bisa mereka kenang. Enam mahasiswa itu adalah :

1. Khairul Anwari, mahasiswa Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Islam, angkatan 2002
2. Ira Humaira, mahasiswi Jurusan Dakwah, Prodi KPI, angkatan 2005
3. Uni Qalbari, mahasiswa Jurusan Tarbiyah, Prodi PAI, angkatan 2006
4. Badliana, mahasiswi Jurusan Dakwah, Prodi KPI, angkatan 2005
5. Syahrul, mahasiswa Jurusan Tarbiyah, Prodi PAI, angkatan 2007, dan
6. Hardianti, mahasiswi Jurusan Dakwah, Prodi KPI, angkatan 2005.

Sampai pada proses pemberian namapun tak kalah meriahnya. Setiap orang memberikan nama, bahkan ada yang lebih. Nama-nama itu ialah :

1. FIKR (Forum Ilmiah, Kajian dan Riset)
2. FIKIP (Forum Ilmiah, Kajian Ilmu Pengetahuan)
3. OSKAR ( Oragnisasi Karya Ilmiah)
4. KOPRAL ( Komunitas Penulisan Karya Ilmiah)
5. KALAM (Komunitas Ilmiah Mahasiswa)
6. KAMIL (Kelompok Analisis Mahasiswa Ilmiah), dan
7. JABIR (Jaringan Berpikir Ilmiah dan Riset)

Itulah nama-nama yang mereka ajukan untuk sebuah kelompok yang mereka bentuk dengan sebuah keyakinan. Tak ada kas, tak ada pesanan, bahkan tak ada jaringan yang memadai, tapi mereka punya keyakinan dan itu menjadi kekuatan untuk mereka. Mereka segera menggelar diskusi dan bermusyawarah untuk mencapai kata mufakat dalam memberi nama kelompok ini. Benar-benar sebuah musyawarah, tanpa voting. Sebab, voting menurut mereka memiliki cacat demokrasi, kepentingan minoritas terabaikan karena keputusan diambil atas dasar mayoritas.

Kini, suara mereka bulat untuk menamainya FIKR STAIN, sebagai penghormatan atas kampus mereka. Mulai hari itu, Kamis, 22 November 2007, tepat pukul 13.47 WIB di gedung Jurusan Dakwah, di ruang 202 prodi BPI, janin itu telah lahir dan berwujud dalam sebuah forum. Memang belum berbentuk sebuah organisasi utuh, karena syarat-syarat mendasar dalam organisasi belum terpenuhi, ini baru sebuah forum. Tapi satu langkah awal telah terpijak.

Matahari yang panas menyengat dan gedung-gedung kampus yang tak berpenghuni ini akan menjadi saksi lahirnya bayi pembaharuan, yang kami namai “FIKR STAIN” dan mulai hari itu, FIKR akan mulai belajar melangkah.

Kamis, 22 November 2007